Cerita ini tentang seorang teman semasa sekolah dasar dulu. Kita sebut saja namanya "Galang". Sewaktu SD Galang merupakan anak laki-laki yang disukai teman-teman sekelas. Bagaimana tidak? Galang merupakan anak yang tampan dan berasal dari keluarga yang mapan. Di keluarganya Galang sangat dimanja bak seorang raja, karena ia merupakan anak terakhir lelaki satu-satunya dari 5 bersaudara. Sewaktu SD dulu ia tidak pernah ikut piket kelas. Pernah sekali-kali ia disuuruh guru kami untuk piket. Namun keesokan harinya, ayahnya datang kesekolah dan mengatakan bahwa Galang tidak boleh melakukan hal-hal yang kotor dan melelahkan. Ya. Semenjak hari itu, Galang dibebas tugaskan untuk piket. Namun dibalik kemanjaannya itu, banyak cerita sedih dari padanya. Ayahnya sangat keras, maklum ayahnya seorang pensiunan ABRI sedangkan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Setiap harinya ia tak boleh bangun kesiangan, apabila tidak, pecutan gesper akan melayang ke kakinya. Tidak sampai disitu saja, apabila Galang mendapat nilai jelek, tak segan-segan ayahnya memukuli dia dengan rotan. Pernah Galang bercerita dengan saya, sebenarnya ia sangat membenci ayahnya. Namun tak bisa ia tunjukkan, ia dipaksa untuk terlihat sebagai anak bahagia didepan semua orang.
Setahun kemudian, Galang tidak masuk sekolah dan kami mendapat berita bahwa ayah Galang yang "sadis" itu meninggal dunia. Akhirnya kami teman sekelasnya beserta guru menjengguk Galang sepulang sekolah. Pasa awalnya, saya tidak dapat menemukan Galang, tapi ibunya berkata "Galang, ada di kamar dari pagi tidak mau keluar". Akhirnya saya menemui ia dikamar, dan mencoba untuk membujuknya keluar, tapi ia tak merespon saya sama sekali. Hari itu adalah hari terakhir saya bertemu dengannya, ia tak pernah datang lagi kesekolah hingga kami lulus. Menurut kabar, ibu Galang membawa Galang pindah ke Cimahi ke rumah mereka yang dulu.
Setelah lama tidak mengetahui kabarnya, akhirnya saya bertemu dengan kakak perempuan Galang paling besar. "Teh, Galang sekarang kabarnya gimana? Sekolah dimana dia?". "Galang sekarang ada di Depok, sekolah di Pribadi dia" Namun bodohnya saya, saya tak kunjung menjenguk Galang ke asrama. Sampai saat saya bertemu Dini teman saya sewaktu SD dulu. "Mar, Galang kan satu sekolah sama gw waktu SMP ". "Masa sih din, bukannya Galang di Pribadi ya?". "Nggak, dia pindah ke sekolah gw". Saya sempat berfikir, kenapa Galang sampai pindah ke sekolah yang notabenenya tidak berkualitas? "Kok bisa din?". "Iya..katanya dia berantem sama temem sekelasnya, sampe masuk rumah sakit". "Nah sekarang, SMA dimana dia?" dan lagi-lagi saya dibuat terkejut. Galang tidak bersekolah! "Kenapa lagi dia??". " Dia ngamilin temen SMA nya". Ya! Galang telah berubah.
Bertahun-tahun saya tidak mendengar kabar darinya. Sampai ketika saya ke kantor pos berniat mengambil uang di ATM, sambil menelepon saya seperti melihat sesosok yang tak asing lagi. Ya! Galang tidak berubah. Guratan kegantengannya tak hilang dimakan waktu. "Galang?" sapa saya. "Maria??". Ohh..bahkan ia tak lupa dengan saya. "Ngapain lo mar?". "Mau ngambil duit, ehh apa kabar lo?". "Baik, lo apa kabar?". "Baik juga, lo ngapain disini?". Dia diam sebentar "Markir, mar". "Hah? apaan?" berusaha untuk tidak percaya. "Iya, gw jadi tukang parkir disini". "Tinggal dimana lo sekarang?". "Gw tinggal dirumah teteh mar bareng istri sama anak gw". "Ohh..o iya ibu kabarnya gimana? Masih di Cimahi?". "Ibu udah meninggal mar, gak lama setelah bapak meninggal". Yaaa..begitulah sedikit perbincangan dengan teman lama yang telah berubah 180 derajat. Dari seorang anak mami yang dimanja dan dipenuhi segala kebutuhannya menjadi seorang juru parkir demi menafkahi anak dan istrinya.
God bless you Galang :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar